Beberapa Tanaman Obat Tradisional Yang Digunakan Masyarakat Baduy

Orang Sunda jaman dahulu sebenarnya telah mengenal beberapa tanaman obat tradisional yang bebas dari kimia, Salah satunya yang digunakan masyarakat Baduy.

Mengenai tanaman berkhasiat obat, sebenarnya sangat banyak jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan. Hanya saja seiring dengan perjalanan waktu dan dinamika dalam perikehidupan masyarakat, maka hanya sekitar 60-an jenis tanaman saja yang masih dikenal dan biasa digunakan oleh masyarakat Baduy sebagai obat. Dari sekian banyak jenis tanaman itu, tanaman yang paling sering digunakan sebagai obat adalah daun aceh (rambutan = Nephelium lappaceum L.), cecendet (ciplukan = Physalis peruviana L.), cangkudu (mengkudu = Morinda citrifolia L.), cikur (kencur = Kaempferia galanga L.), harendong (senggani = Melastoma malabathicum L.), jahe (jahe = Zingiber officinale Rosc.), jukut eurih (alang-alang = Imperata cylindrica (L.) Beauv.), jukut wisa (jarong = Achyranthes aspera L.), kadaka (sisik naga = Drymoglossum piloselloides (L.) Presl.), laja goah (lengkuas gajah = Alpinia galanga (L.) Willd.), lame putih (pulai = Alstonia scholaris L.), lempuyang emprit (lempuyang pahit = Zingiber amaricans), panglay (bangle = Zingiber pupureum), sirsak (sirsak = Annona muricata L.), dan singugu (senggugu = Clerodendron serrature).

Jenis-jenis tanaman ini banyak digunakan dalam pengobatan penyakit yang sering diderita oleh warga masyarakat Baduy seperti panas/demam/meriang, batuk, sakit perut/diare, sakit gigi, pusing, pegal linu/ encok/nyeri otot, luka/borok, dan lemas/kurang bertenaga.

Untuk mengobati penyakit panas / demam / meriang masyarakat Baduy biasanya menggunakan :
1. minuman dari rebusan air daun dadap, jukut tiis, dan daun aceh, atau
2. minuman dari air seduhan remasan daun kaca piring dan daun sirsak.

Untuk penyakit batuk diobati dengan :
1. minuman dari rebusan bunga calincing (Oxalis corniculata L.),
2. minuman dari air rebusan tanaman utuh cecendet,
3. air saringan jahe parut/tumbuk, dan
4. air saringan cikur parut/tumbuk.

Untuk penyakit sakit perut/diare mereka menggunakan :
1. minuman dari air rebusan tanaman utuh cecendet,
2. minuman air rebusan daun muda harendong,
3. daun jambu klutuk yang dimakan mentah,
4. minuman air rebusan kulit pohon lame putih, dan
5. minuman seduhan lempuyang.

Untuk penyakit gigi digunakan :
1. tetesan getah angsana (atau sonokembang, Pterocarpus indicus Willd.)
pada gigi yang sakit dan
2. daun kadaka yang digigitkan tepat pada gigi yang sakit.

Untuk penyakit pusing/sakit kepala digunakan:
1. tetesan air perasan bunga jukut kakacangan,
2. minuman seduhan laja goah,
3. minuman air rebusan kulit pohon lame putih, dan
4. minuman seduhan lempuyang.

Untuk penyakit lemas/nyeri otot/encok biasanya menggunakan :
1. tumbukan jukut bau yang diborehkan pada bagian yang sakit,
2. minuman seduhan lempuyang,
3. pucuk daun senggugu yang ditempelkan pada bagian yang sakit,
4. parutan atau tumbukan jahe yang dibalurkan pada bagian yang sakit.

Untuk penyakit luka/borok digunakan:
1. remasan daun harendong yang ditempelkan pada bagian yang sakit dan
2. remasan jukut bau yang ditempelkan pada bagian yang sakit.

Untuk penyakit lemas/kurang bertenaga mereka menggunakan:
1. minuman rebusan daun capeuk,
2. minuman rebusan umbi laja goah dan kulit pohon lame, dan
3. lalapan temu embek.


Berbagai jenis tumbuhan yang digunakan untuk obat tersebut diperoleh di semak belukar sekitar kampung, ladang, atau hutan, dan jarang sekali tersedia di pekarangan rumah. Oleh karena itu, jika memerlukan tanaman untuk mengobati penyakit tertentu dengan menggunakan tumbuhan, biasanya masyarakat Baduy mencari di semak belukar sekitar kampung, ladang, atau di hutan.

Permasalahan muncul ketika tanaman obat yang mendadak diperlukan tidak diperoleh di sekitar kampung, melainkan harus dicari di ladang atau di hutan. Padahal jarak antara pemukiman dan ladang atau hutan cukup jauh. Kalaupun dapat dicapai, kadang kala tanaman yang dimaksud tidak dijumpai, karena hutan semakin gundul akibat perluasan ladang. Salah satu langkah yang dapat diusulkan menjadi jalan keluar untuk menghadapi permasalahan tersebut adalah misalnya dengan membuat kebun apotek hidup. Kebun apotek hidup tersebut berupa lahan yang di dalamnya ditanami tumbuh-tumbuhan yang diyakini dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit.

Kebun apotek tersebut sekurang-kurangnya dibuat di lingkungan pemukiman sehingga tanaman-tanaman berkhasiat obat mudah diperoleh karena tumbuh di lingkungan tempat tinggal. Jika terjadi keperluan mendadak untuk pertolongan kesehatan, tidak perlulah mencari tanaman obat jauh-jauh ke hutan. Manfaat lain kebun apotek hidup ini adalah kemungkinan dapat menurunkan pengetahuan dan kearifan lokal mengenai pengobatan tradisional berbasis tanaman ke generasi selanjutnya. Pengobatan yang selama ini sudah memudar kembali dikenal dan diingat.

Khazanah pengetahuan tentang obat dan pengobatan berbasis tanaman pun dengan demikian makin bertambah. Masyarakat tradisional setempatpun dapat mengobati penyakit dengan menggunakan tanaman berkhasiat obat tanpa melanggar pantangan adat. (dedie smd/2/2/2016)

Baca Juga :

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama